Ubi jalar (Ipomoea batatas (L.) Lamb)
merupakan salah satu komoditi pertanian yang mempunyai prospek untuk
dikembangkan di lahan yang kurang subur dan sebagai bahan olahan ataupun
sebagai bahan baku industri. Menurut sejarahnya, tanaman ubi jalar berasal dari
Amerika Tengah tropis, namun ada yang berpendapat lain yaitu dari Polinesia.
Tanaman ubi jalar masuk ke Indonesia diduga dibawa oleh para saudagar
rempah-rempah (Iriani, E dan Meinarti N, 1996 dalam Apriliyanti 2010).
Alat
Alat yang digunakan
untuk pembuatan produk antara lain pisau, panci, parutan, kain saring, tampah
atau nyiru, grinder,
kompor gas, ayakan, seater, noodle maker, blender, wajan,
timbangan, baskom plastik, oven, dan sendok.
Bahan
Bahan yang digunakan
dalam penelitian ini antara lain ubi jalar ungu, tepung terigu sebagai
pensubstutusi, larutan
metabisulfit 0,3%, air, garam dapur, telur.
Ubi
jalar ungu dicuci dan dikupas terus diiris tipis-tipis. Irisan selanjutnya
direndam dalam larutan metabisulfit 0,3% selama 5 menit untuk mencegah
pencoklatan. Kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 60oC selama
10 jam (sampai kering), didinginkan sampai suhu ruang, terus digiling dan
disaring dengan ayakan 80 mesh.
Proses Pembuatan Mie Kering
Proses pembuatan mie kering dari
ubi jalar terdiri dari tahapan sebagai berikut: Bahan baku berupa tepung ubi
jalar ungu 50%, Kemudian, bahan tambahan berupa tepung terigu 50 %, garam 4,4%,
air 1.5%, telur ayam utuh 17,6%, dan air
secukupnya dicampurkan ke dalam campuran adonan. Seluruh campuran bahan diaduk
sekitar 15 menit sampai terbentuk adonan yang homogen. Kemudian mencetak adonan
dengan noodle maker,hingga menghasilkan pilinan mie, kemudian dilakukan
pengukusan sselama 10 menit pada suhu 100 oC. Mie hasil pengukusan
kemudian dikeringkan dengan pengering cabinet suhu 60 °C selama 12 jam sehingga
dihasilkan mie kering.
Pembuatan mie ubi jalar ungu dilakukan sebanyak tiga kali
percobaan dengan formula yang berbeda. Pada percobaan 1, menggunakan tepung
tapioka 15% dan tepung ubi jalar ungu 85%, ½ dari telur ayam utuh, air 30%, garam
0.5%. Pada percobaan
2, menggunakan tepung
terigu 15%, tepung ubi jalar ungu 85%, ½ dari telur ayam utuh, air 30%, garam
0.5% dan pada percobaan
3, menggunakan tepung terigu 50%, tepung ubi jalar ungu 50% dan 17,6%
telur ayam, air secukupnya, garam 4,4%.
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan
hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
1.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
tahapan proses pembuatan mie ubi ungu adalah, pengeringan, suhu, pengukusan,
jenis dan konsentrasi bahan tambahan yang digunakan
2.
Karakateristik sensori terbaik diperoleh
dengan formulasi penambahan tepung terigu 50% dan tepung ubi jalar ungu 50%.
5.2 Saran
Perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut untuk memperbaiki warna dan tekstur mie ubi
ungu agar produk dapat diterima oleh konsumen. Serta perlu penelitian lebih
lanjut tentang penggunaan jenis bahan tambahan yang sesuai.
DAFTAR PUSTAKA
Apriliyanti, Tina. 2010. Kajian Sifat Fisikokimia dan Sensori Tepung
Ubi Jalar Ungu (Ipomoea Batatas Blackie)
dengan Variasi Proses Pengeringan. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas
Maret.
Febrianto, Arie. 2013. Karakteristik
Organoleptik Produk Mie Kering Ubi Jalar Kuning (Ipomoea Batatas)
(Kajian Penambahan Telur Dan CMC).Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Brawijaya.
Ginting, Erliana., dkk. 2011. Iptek Tanaman
Pangan: Potensi
Ubijalar Ungu sebagai Pangan Fungsional.Vol. 6 No. 1 – 2011. Peneliti
pada Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian, Malang.
Hardoko.,dkk. 2010. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan: Pemanfaatan
Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L. Poir)
Sebagai Pengganti Sebagian Tepung Terigu dan Sumber Antioksidan pada Roti
Tawar. Vol. XXI. No. 1. Jurusan Teknologi Pangan, Universitas Pelita Harapan.