Saat ini, kebutuhan masyarakat akan buah dan
sayuran segar yang bermutu, bebas bahan pengawet, serta yang nyaman dan siap
dikonsumsi semkin meningkat. Penanganan yang kurang baik
menyebabkan produk hortikultura terutama sayuran dan buah-buahan banyak
kehilangan nilai ekonominya. Perlakuan yang cermat pada komoditi segar akan
menambah “shelf life-time” (masa kesegaran) komoditi tersebut.
Keinginan konsumen untuk mendapatkan makanan yang
bersifat mudah dikonsumsi dan masih dalam keadaan segar, akan membuka
kesempatan bidang pengawetan makanan dengan cara pengolahan minimal (minimal
processing). Istilah minimalis merujuk pada teknik penanganan pengawetan dan
pengolahan yang sangat minimal dengan tidak menerapkan teknik penanganan
berefek kuat seperti sterilisasi atau penggunaan bahan-bahan pengawet,
melainkan hanya dengan penerapan penyimpanan dingin, pengemasan termodifikasi, dan
penanganan higienis.
Bahan
atau sampel yang digunakan dalam praktikum minimally process yaitu apel, tomat,
pakcoy, mentimun, wortel, terong. Tahapan praktikum diantaranya pengupasan,
pencucian, pemotongan, pengemasan menggunakan plastik wrapping dan
stearofoam, penyimpanan dalam lemari pendingin selama 7 hari. Kemudian
dilakukan pengamatan pada aroma, warna, rasa, dan tekstur, setelah 7 hari
penyimpanan.
Penyimpanan
Buah dan Sayur Olahan Minimal Pada Suhu Dingin.
Penyimpanan
dingin sangat dianjurkan karena dapat menekan laju degradasi enzimatik yang
mengakibatkan pelunakan jaringan buah dan sayuran, mengurangi laju kehilangan
air yang mengakibatkan kelayuan, menurunkan laju pertumbuhan mikroorganisme,
serta menurunkan laju produksi etilen. Penyimpanan dingin untuk produk buah dan
sayur olahan minimalis, umumnya dilakukan pada temperatur 2– 5ºC dan
dibawah pengawasan yang ketat. Faktor temperatur penyimpanan ini sangat
menentukan kondisi mikrobiologis produk olahan minimalis karena memengaruhi
pertumbuhan mikroorganisme pada sayuran siap konsumsi seperti ditemukannya
populasi mikroorganisme mesophylic.
Suhu
penyimpanan yang optimum untuk sayuran dan buah-buahan umumnya berada diatas
titik beku. Wadah dan cara penumpukan juga merupakan faktor yang mempengaruhi
proses pendinginan. Udara hendaknya dapat mengalir dengan lancer tanpa
mengalami hambatan.
Berdasarkan hasil pengamatan setelah penyimpanan dapat
diketahui karakteristik sayur dan buah sebagai berikut yaitu :
Pada
pakcoy, beraroma khas sayur ( daun ), warna menjadi lebih hijau, tekstur nya
lembek. Pada wortel aroma menyengat, warna menjadi pudar, tekstur melunak. Pada
terong, aroma segar, tekstur lebih coklat, dan lapisan luar kering dan kulit
luar menjadi keriput, serta terdapat uap air dalam kemasan. Pada apel aroma
apel berkurang, warna lebih coklat, tekstur lebih lunak, terdapat uap air serta
permukaan terlihat kering. Pada tomat, aroma segar, warna menguning, tekstur
bagian dalam melunak dan bagian ujung mengkerut. Pada mentimun, aroma segar,
warna terjadi pencoklatan pada bagian ujung permukaan dan teksturnya melunak.
Sayuran dan buah-buahan tertentu
dapat mengaami kerusakan pada suhu rendah. Pada suhu tersebut sayuran dan
buah-buahan tertentu tidak dapat melakukan proses metabolisme secara normal.
Beberapa faktor yang mempengaruhi kerusakan dingin tersebut adalah tingkat
kematangan dan suhu penyimpanan. Mekanisme terjadinya kerusakan dingin antara
lain, terjadinya respirasi abnormal, perubahan lemak dan asam lemak pada
dinding sel, perubahan permeabilitas membrane sel, perubahan dalam reaksi
kinetik dan termodinamika, ketimpangan distribusi senyawa kimia dalam jaringan,
terganggunya aktivitas enzim-enzim, terjadinya penimbunan metabolit beracun.
Gejala pengkeriputan pada buah dapat
disebabkan oleh penurunan kemampuan buah untuk fosforilasi oksidatif, penurunan
kemampuan tersebut mengakibatkan berkurangnya ATP yang diperlukan untuk
mempertahankan organisasi sel. Berkaitan degan berkurangnya ATP tersebut maka
dapat terjadi pengkriputan kulit, karena terjadi penimbunan zat-zat beracun
mudah menguap dibawah kutikula, yang dilepas melalui membrane-membran yang
permeable.
Proses
pengupasan, pemotongan, pengirisan yang diberikan menyebabkan buah dan
sayur yang diolah minimal bersifat sangat mudah rusak dengan umur simpan
yang pendek. Kerusakan produk yang diolah minimal karena perubahan reaksi
fisiologis dan biokimia serta kerusakan mikrobiologis menyebabkan degradasi
warna, tekstur dan flavor produk diolah minimal menjadi lebih cepat dari bahan
segarnya
Perlukaan jaringan
bahan selama proses menyebabkan banyak sel didalam bahan menjadi rusak dan
komponen intraselulernya seperti enzim pengoksidasi keluar. Pencoklatan terjadi
karena adanya reaksi antara enzim Polifenol dengan oksigen. Buah yang warnanya
menjadi mencolok karena kegiatan respirasinya masih berjalan sehingga masih
dapat terjadi degradasi warna. Selain itu, intesitas cahaya berpengaruh terhadap
produk olahan minimal dengan adanya cahaya dapat menghambat kehilangan klorofil
sekaligus menghambat penurunan tingkat warna hijau pada buah dan sayuran.
Produk disimpan dalam lemari pendingin sehingga kurang cahaya maka penurunan
tingkat warna hijau lebih cepat.
Tekstur
dari buah yang mengalami perubahan menjadi lunak diakibatkan turgor sel, dimana
terjadi tekanan dari isi sel terhadap dinding sel. Isi sel memperbesar karena
dapat menyerap air disekelilingnya. Dinding sel sebagian besar terdiri dari
selulosa yang permeable terhadap air dan molekul lainnya.. Tekstur lunak juga bisa
terjadi karena peningkatan produksi senyawa etilen yang berkontribusi pada
sintesis enzim. Pencahayaan juga dapat berpengaruh dalam pelunakan tekstur
buah dan sayur dengan kondisi pertukaran gas pada bahan serta proses
buka-tutupnya stomata, yang akan mempengaruhi proses kehilangan air dari bahan sekaligus
kehilangan berat bahan.
Aroma
khas yang berkurang pada buah setelah penyimpanan disebabkan karena setelah pengolahan proses dimasukkan
kedalam lemari pendingin. Maka penguraian senyawa volatil menjadi
terhambat. Adapula aroma dari beberapa buah dan sayur yang mengalami
peningkatan hal tersebut dapat diakibatkan karena parameter aroma seseorang
berbeda, dan juga karena respirasi.
Pengamatan
Mikroorganisme yang Terdapat Pada Buah dan Sayur Setelah dilakukan Penanganan
Minimal
Buah dan sayuran mengandung air dalam jumlah
yang banyak dan juga nutrisi yang mana sangat baik bagi pertumbuhan
mikroorganisme. Buah yang baru dipanen sebenarnya telah dilabuhi oleh berbagai
macam mikroorganisme (mikroflora) dari yang tidak menyebabkan pembusukan sampai
yang menyebabkan pembusukan. Mikroorganisme pembusuk dapat tumbuh bila
kondisinya memungkinkan seperti adanya pelukaan-pelukaan, kondisi suhu dan
kelembaban yang sesuai dan sebagainya.
Adanya mikroorganisme pembusuk pada buah dan
sayuran adalah merupakan factor pembatas utama di dalam memperpanjang masa
simpan buah dan sayuran. Mikroorganisme pembusuk yang menyebabkan susut
pascapanen buah dan sayuran secara umum disebabkan oleh jamur dan bakteri.
Infeksi awal dapat terjadi selama pertumbuhan dan perkembangan produk tersebut
masih dilapangan akibat adanya kerusakan mekanis selama operasi pemanenan, atau
melalui kerusakan fisiologis akibat dari kondisi penyimpanan yang tidak baik.
A.
Menggunakan
Media EMB (Eosyin Metylen Blue)
Dalam
pengujian mutu suatu bahan pangan diperlukan berbagai uji yang mencakup uji
fisik, uji kimia, uji mikrobiologi, dan uji organoleptik. Uji mikrobiologi
merupakan salah satu uji yang penting, karena selain dapat menduga daya tahan
simpan suatu makanan, juga dapat digunakan sebagai indikator sanitasi makanan
atau indikator keamanan makanan. Pengujian mikrobiologi diantaranya meliputi
uji kuantitatif untuk menetukan mutu dan daya tahan suatu makanan, uji
kualitatif bakteri patogen untuk menentukan tingkat keamanannya, dan uji
bakteri indikator untuk mengetahui tingkat sanitasi makanan tersebut.
Berdasarkan
pengamatan diketahui bahwa pada semua sampel menunjukan hasil positif yang
menandakan bahwa sampel mengandung bakteri coliform. Bakteri coliform adalah
golongan bakteri intestinal, yaitu hidup dalam saluran pencernaan manusia.
Bakteri coliform adalah bakteri indicator keberadaan bakteri patogenik lain.
Lebih tepatnya, sebenarnya, bakteri coliform fekal adalah bakteri indikator
adanya pencemaran bakteri patogen. Penentuan coliform fekal menjadi indikator
pencemaran dikarenakan jumlah koloninya pasti berkorelasi positif dengan
keberadaan bakteri pathogen. Pada terong terhitung 38 koloni, mentimun 90
koloni, wortel 53 koloni, apel 1 koloni. Perbedaan jumlah koloni yang terdapat
pada sampel dapat disebabkan oleh kadar air pada bahan yang berbeda dan
kontaminasi selama proses praktikum.
B. Analisis Pendugaan E. Coli dengan
Menggunakan Media BLBG ( Brilian Green Lactose Broth)
Berdasakan hasil pembahasan pada
mentimun, wortel, tomat dan terong menunjukan hasil positif, sedangkan pada
apel dan pakcoy hasil menunjukan negative. Hal tersebut dapat diketahui bahwa
sampel positif mengandung E.coli. Perkembangbiakan bakteri dalam makanan
ditentukan oleh keadaan lingkungan serta temperature yang
cocok, selain ketersediaan zat gizi sebagai sumber makanan.
Satu sel bakteri yang hidup dalam
lingkungan yang sesuai, misalnya dalam waktu 20-30 menit, akan membelah diri
sehingga menurut perhitungan laboratories, dalam waktu 7 jam jumlah bakteri
akan bertambah menjadi 2 juta. Laju pertumbuhan bakteri bukan hanya tergantung
pada factor waktu. terdapat juga factor intrinsic dan Ekstrinsik. Faktor
intrinsik menguraikan parameter yang khas untuk bahan makanan tersebut pH,
Kelembaban, sementara factor ekstrinsik pemrosesan, penyimpanan, kemasan, dll
Kesimpulan
1. Pada
dasarnya proses penanganan minimal pada sayur buah terdiri dari proses
pencucian, sortasi, pengupasan, dan pemotongan/pengirisan menjadi bagian-bagian
yang lebih kecil dengan bentuk spesifik sesuai komoditas.
2. Pada pakcoy, warna menjadi lebih
hijau dan lebih baik. Sedang pada sayur dan buah lainnya mengalami pemudaran
warna atau pigmen. Tekstur keseluruhan pada sayur dan buah rata-rata menjadi
lunak dan lembek. Aroma pada wortel, terong, mentimun dan tomat aroma lebih
segar dan menguat, sementara aroma pada sampel dan buah lainnya mengalami
pengurangan aroma.
3. Pada
pengamatan mikroorganisme dengan media EMB, jumlah koloni yang terdapat pada
mentimun adalah yang tertinggi yaitu, 90 koloni. Sementara jumlah koloni minimum
yaitu pada buah apel
4.
Mentimun, wortel, tomat dan terong
menunjukan hasil positif mengandung Eshcerichia
Coli, sedangkan pada apel dan pakcoy hasil menunjukan negative.
DATAR
PUSTAKA
Kartika, Emma. 2014. Deteksi Bakteri Indikator Keamanan Pangan Pada
Sosis Daging Ayam Di Pasar Flamboyan Pontianak; Pontianak. Universitas Tanjungpura
Made, I. 2010. Penanganan Pascapanen Buah dan Sayuran Segar: Denpasar. Universitas Udayana
Muchtadi, Deddy. 1992. Fisiologi Pasca Panen sayuran dan Buah-buahan: Bogor. Instsitut
Pertanian Bogor
Mutiarawati, Tino. 2007. Penanganan Pasca Panen Hasil Pertanian;
Bandung. Universitas padjajaran
Noor, Isti. 2010. Analisis Mikrobiologi Pada Makanan:
Surakarta. Universitas Sebelas Maret
Radji, Maksum. 2010. Deteksi Cepat Bakteri Escherichia
Coli Dalam Sampel Air
Dengan
Metode Polymerase Chain Reaction Menggunakan
Primer 16e1 Dan 16e2:Depok. Universitas
Indonesia
Koswara, Sutrisno. 2009. Teknologi
Pengolahan Sayuran dan Buah-Buahan. eBookPangan
Winarno,. M.Aman.1981. Fisiologi Lepas Panen: Jakarta. Sastra Hudaya.
0 komentar:
Posting Komentar